Dua orang temen, berhasil menginspirasi gue untuk nulis puisi-puisian. Yang satu karena tingkahnya yang blak-blakan ibarat buku yang terbuka. Yang satu lagi karena dia cerita cukup banyak tentang hidupnya.
Pagi, biarkan kepedihannya terendap di secangkir kopi
Butir-butirnya melayang, tapi jatuh nanti
Terendap, nanti dilupakan
Kadang teraduk, dia berlari memanggil tangis
Kadang terhisap, pahitnya mengundang air mata
Kepedihan ada pada secangkir kopi
Hitam tak terlihat
Terendap membekas
Nanti kering, nanti dilupakan
Inspired by : Yolanda Tiara
*********
Aku hanyalah embun
Yang setia pada pagi walau dinginnya menusuk nadi
Yang esok hadir lagi walau tak tentu dinanti
Pagi, ku berharap kau merengkuhku penuh hangat dalam dekapmu
Esok, lusa, nanti,
Hanya ingin kau tau aku ada
Pagi, semoga kau hanya merengkuhku
Walau selalu digoda mentari
Walau digoda riuh awal hari
Inspired by : Ghaida Roshuna
No comments:
Post a Comment