Angin kutub selatan berhembus, khatulistiwa sejuk di musim kemarau, kadang hujan. Gelombang laut meninggi memutar kapal, mengeruhkan imaji terumbu karang. Isi kepala ini masih berputar-putar. Akademik, asmara, finansial, liburan berputar-putar. Kadang di otak kiri, kadang di otak kanan. Kehidupan mengalami sirkulasi statis, berputar tapi itu lagi-lagi tempat yang ditemuinya. Batunya sama, lubangnya sama.
Praktek Industri, Tugas Akhir, KKN, PPL, Skripsi. Bayangannya saja cukup untuk memunculkan jerawat-jerawat di pipi. Ditambah iklim yang berbeda dari biasanya, kulit beradaptasi cukup lama, padahal disini tak akan terlalu lama. Laporan-laporan akan datang dan harus diselesaikan, ketik lagi-ketik lagi. Kalau saja tulisan itu hanya aku yang membaca, mungkin tak akan menjadi momok seperti sekarang. Harus memikirkan perspektif pembimbing, urutan A,B,C, 1.1 1.2 1.3 menuliskan segalanya termasuk masalah. Bahkan masalah pun dibuatkan rumusnya. Mengingatkanku pada fisika saja.
Belum lagi mendengar teman seangkatan yang sudah selesai tugas-tugasnya, yang D3 sudah wisuda, banyak yang sudah kerja, bahkan beberapa sudah berumah tangga. Aku iri pada mereka, iri pada yang sudah berumah tangga, sudah kerja, bahkan yang akan diwisuda.
Akademik oh akademik. Di tingkat perkuliahan, harus lebih banyak mengandalkan kesabaran dibanding kecerdasan. Padahal aku hanyalah produk system pendidikan yang terfokus pada kecerdasan. Mengapa tak bilang sejak dulu bahwa di kampus butuh lebih banyak kesabaran daripada kecerdasan? Seandainya tau, aku dulu tak akan terlalu rajin membaca buku, mungkin dulu aku akan rajin dan sabar menunggu bel masuk berbunyi, sabar menunggu ibu kantin memasak indomie.
Angin kutub selatan berhembus lagi, dingin kali ini
No comments:
Post a Comment